Jumat, 25 Juni 2010

Italia Memang Pantas Tersingkir

Oleh Raju Febrian



Satu korban lagi jatuh. Kali ini giliran Italia yang harus pulang dengan memalukan. Juara bertahan Piala Dunia itu tak mampu lolos dari babak grup setelah ditundukkan tim debutan Slovakia 3-2 pada pertandingan di Stadion Ellis Park, Johannesburg, kemarin malam.

Dua gol Robert Vittek (25, 73) dan pemain pengganti Kamil Kopunek (89) menghancurkan skuad Marcello Lippi. Meski adalah balasan dari Antonio Di Natalae (81) dan Fabio Quagliarella (90+2), Italia harus menyusul Prancis yang sudah lebih dulu pulang.

Hanya dua kali imbang di dua partai pertama -- melawan Paraguay dan Selandia Baru dengan skor 1-1 -- jelas sudah menunjukkan masalah di tubuh Italia. Pertanyaannya di sektor mana? Semuanya!

Di bawah mistar, Italia sebenarnya masih bisa mengandalkan Gianluigi Buffon. Sayangnya kiper Juventus berusia 32 tahun itu cedera dan hanya bermain di babak pertama ketika melawan Paraguay. Dengan pengalaman 102 kali, Buffon punya jam terbang dan pengalaman ketimbang Federico Marchetti yang baru bermain 7 kali -- termasuk di 2,5 pertandingan terakhir -- dan Morgan de Sanctis yang cuma 3 kali.

Lini belakang. Dipimpin kapten Fabio Cannavaro, barisan belakang Italia tak mampu menghalangi sundulan pemain Paraguay Antolin Alcaraz. Cannavaro -- yang memegang rekor penampilan 136 kali -- gagal mengantisipasi tendangan bebas sehingga Shane Smeltz dari Selandia Baru bisa mencetak gol. Ketika melawan Slovia, giliran Federcio Criscito dan Giorgio Chiellini yang tak mampu menutup kecepatan Vittek.

Barisan tengah? Nah, ini. Ketika pelatih Marcello Lippi mengumumkan skuadnya, banyak yang mengerenyitkan dehi karena tak adanya playmaker. Dulu, Italia punya Alessandro Del Piero atau ketika juara tahun 2006, mereka punya Francesco Totti.

Di tiga pertandingan, Lippi mempercayakan lapangan tengah kepada Claudio Marchisio, Riccardo Montolivo, serta Daniele De Rossi. Gelandang AS Roma ini memang mencetak gol ke gawang Paraguay. Dia pula yang berjasa 'jatuh' sehingga mendapat penalti ketika bertemu Selandia Baru.

Tapi tak adanya pemain yang bisa berkreasi di lapangan tengah terlihat jelas ketika bertemu Slovakia. Kehadiran Andrea Pirlo -- yang cuma tampil sekali karena cedera -- menjadikan Italia lebih hidup dan tajam. Tapi terlambat.

Lalu bagaimana dengan barisan depan? Di tiga pertandingan, Italia mencetak empat gol. De Rossi melawan Paraguay, penalti Vincenzo Iaquinta ke gawang Selandia Baru, serta Antonio Di Natale dan Fabio Quaqliarella melawan Slovenia.

Saya yakin ketika pulang Lippi akan disalahkan karena tak memanggil Antonio Cassano, penyerang bengal Sampdoria yang dinilai sebenarnya tengah on-fire. Atau mungkin penyerang Juventus kelahiran Brasil, Amauri?

Dengan catatan 2 kali seri dan sekali kalah, membenamkan Italia di posisi buncit Grup F. Hasil ini kian memalukan karena mereka berada di bawah Selandia Baru -- nilai 3 -- yang justru tak pernah kalah. Pada pertandingan terakhir The All Whites menahan imbang pimpinan klasemen Paraguay.

UPDATE:

Marcello Lippi mengaku siap bertanggung jawab dengan kegagalan. Pelatih berambut perak itu mengatakan kesiapan taktik dan fisik juga menjadi faktor kegagalan tim.

"Saya akan mengambil tanggung jawab ini, bukan yang lain. Menurut saya di atas itu semua terkait dengan aspek psikis. Saya merasa tim ini bisa meraih sesuatu dan buktinya saya tidak menyiapkan mereka dengan baik."

Pelatih 62 tahun itu mengaku sedih karena harus mengakhiri karier kedua sebagai pelatih Italia (2004-2006 dan 2008-2010) dengan hasil seperti ini.

"Saya sangat kecewa mengakhiri pengalaman kedua saya menangani Italia dengan cara seperti ini. Saya sama sekali tak memperkirakannya. Saya pribadi tidak berpikir bisa memenangi Piala Dunia untuk kali kedua, tapi juga tidak berpikir akan gagal di fase grup."

Pulang dengan posisi buncit, siap-siaplah menerima omelan, kritikan dan cacian. Cerita indah Italia dan Marcello Lippi sudah berakhir empat tahun lalu di Berlin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar